Friday 21 August 2009

Diam itu Emas

Diam sudah saya lakukan sejak beberapa hari yang lalu, bahkan beberapa minggu yang lalu, ah saya lupa. Rasanya saya sudah kebanyakan diam sampai-sampai pengen meledak rasanya. Masalah datang kapan aja, udah kayak cinta, tapi tentu berbeda dong, masalah masih bisa di pisahkan artinya tapi kalo cinta, itu akan disebut masalah cinta. Setiap masalah saya pasti selalu berusaha buat sharing kepada sahabat-sahabat saya, terkecuali yang satu ini. Saya pikir hanya saya saja yang akan mengerti, sahabat, teman, bahakan orang yang saya permasalahkan mungkin gak akan mengerti. Beruntung saya suka nulis, kalo jaman SD mungkin blog blom ada, tapi bersyukur blog dihadirkan setelah makin banyaknya masalah yang mungkin ga bisa diceritakan secara langsung, ini adalah berupa tulisan yang tentu belum tentu orang mengerti, saya cuma ingin melepas sedikit beban yang mungkin hebatnya kayak bom Nagasaki-Hiroshima yang diledakin di Jepang kali ya. Pada akhirnya pun manusia emang harus hidup sendiri kan, ya kerja sendiri, ngurus diri sendiri. Saya memilih diam karena memang belum dikasih kesempatan untuk berbicara, dan tentu saya diam karena tidak mau membocorkan atom-atom yang akan keluar dari mulut saya berupa kemarahan pada diri sendiri. Seorang Gracia Marcelin pun teman tergila saya, dimana saya selalu gak bisa nahan ketawa kalo saya lihat tingkah lakunya tidak bisa membuat saya tertawa lepas saat ini. Segitu berlebihannyakah? Iya. Pikiran ini masih mengganjal, Diam itu lebih baik, saya gak ingin menyusahkan, makanya saya diam, saya gak ingin memaksa, makanya saya diam. Diam, diam, diam, diam, diam, diam, diam, diam, gak tau sampe kapan saya dikasih kesempatan buat berbicara.

No comments:

Post a Comment